Lalu ke dokter langganan biasanya itu sama Abram, dengan harapan bisa dikasih obat dan cepat bebas dari batuk berat yang sangat menyiksa ini dan sembuh... Kebetulan Abram juga tertular dari saya. Waktu itu saya sudah duduk manis di ruang tunggu praktek dokter, sambil sudah percaya diri saja, pasti akan dilayani dokter, karena sakit parah gini.
yang sama-sama kena griep... |
"Maaf ya bu, yang bisa dilayani cuma yang sudah buat janji... Jadwalnya sudah berubah. Memang biasanya kamis bebas tanpa janji, tapi jadwal yang tanpa janji itu jadi Hari Senin bukan sekarang..." dengan muka yang berkata silakan pulang...
"Oo ok dokter... " sambil jawab bingung dan gondok, terpaksa saya mengalah ke yang baru datang itu... Karena memang saya nggak menelepon untuk datang ke praktek dokter itu. Akhirnya saya putuskan untuk pulang daripada lama menunggu, nanti tiba-tiba datang pasien lain yang sudah buat janji dan saya harus nunggu lagi sampai terakhir.
"Dasar, dokter nggak punya perasaan... " ngomel-ngomel saya ke Abram, protes soal sikap dokter itu. Masa nggak dilayani karena nggak buat janji. Saya sih nggak apa-apa besok juga, tapi ini anak bujang sudah mulai meriang lagi sepanjang jalan menuju rumah... Terpaksa kasih lagi paracetamol untuk demamnya. Masalahnya anak ini ada asma, dia kesulitan napas, jika terbatuk, makanya butuh dokter supaya bisa dapat obat yang bisa membuatnya bernafas nyaman. Lalu di otak kepikiran untuk mencari dokter pribadi yang pengganti, supaya kalau sakit bisa cepat dilayani. Lagi pula, siapa sih yang merencanakan sakit? Saya yakin tidak ada yang mau sakit...
Sampe rumah, cepet-cepet kirim pesan ke Eva, saya mau tanya dokter langganan dia yang katanya dekat rumah saya lokasi prakterknya. Saya minta nama dokternya, alamatnya dan nomor teleponnya, supaya besok buat janji dan bisa cepat segera dikasih obat yang ampuh. Kasihan juga Abram dia demam bolak balik. Alhasil, pagi-pagi suami saya nelepon ke dokter yang direkomendasi Eva, dan jam 12 siang hari itu juga saya disuruh ke situ... Ah lega... 👌👌
Singkatnya, saya dan Abram udah di tempat praktek dokter yang baru. Eh dokternya asik, pinter dan bisa diajak diskusi, dan kepikiran mau minta resep obat yg komposisinya sama dengan Sanaflu atau Decolgen, maklum biar cepet bebas dari flu dan kawan-kawannya ini... Kan di Indonesia obat kayak gitu dijual bebas. Biasanya kalau pakai obat itu flu cepat reda dan sembuh. Lagi pula saya ini cuma sakit flu biasa, pasti bisa cepat sembuh jika dikasih obat yang sama komposisinya kayak obat yang saya inginkan (sanaflu/decolgen) itu.
Saat diperiksa, pakai stetoskop dari punggung saya, dokter bilang ada yang tidak beres dengan saluran pernafasan saya, sepertinya saya kena infeksi saluran pernafasan... Ya, pastilah orang saya menderita batuk nonstop sampai saat saya nulis ini.. Pasti saluran pernafasan juga jadi terinfeksi karena batuk yang parah. Sesudah itu, Abram juga diperiksa. Lalu dokter menulis resep untuk Abram dan surat rujukan untuk saya ke rumah sakit, kalau saya harus di X-Ray untuk memastikan kondisi di sekitar paru-paru dan saluran pernafasan. Niat minta obat seperti obat di Indonesia ditunda sampai besok, sesudah dapat hasil dari X-Ray hari ini. Lalu saya antar Abram pulang dan saya ke rumah sakit untuk melakukan X-Ray, karena besok harus balik lagi ke dokter itu untuk mengetahui hasilnya dan obat apa yang harus dikasih.
Dokter "Saya akan kasih kamu antibiotik dosis tinggi utk membersihkan kondisi bronches itu dan ada satu pil (lupa namanya keburu dibuang dus-nya) untuk mematikan jamur yang muncul krn batuk itu di sekitar situ."
Saya : "Dokter saya nggak mau amoxicillin, selain saya tidak tahan bau obatnya, saya suka mau muntah... Teman saya di Indonesia juga seorang dokter, dia pernah bilang ada antiobiotik bentuk pil yang hanya untuk 3 hari, apa dokter tau namanya?"
Dokter "Ya benar ada, saya akan kasih antibiotik itu, tapi untuk 6 hari, karena infeksinya di sekitar bronches."Saat dikasih obat batuk, saya lagi-lagi memotong dokter itu berbicara :
Saya : "Maaf dokter, kalau boleh untuk obat batuk saya mau yang pil, karena kalau sirop saya sudah tidak mempan dan tidak ada progress menuju sembuh..."
Dokter : Ya, saya kasih kamu tablet yang lebih kuat dari sirop... (sambil dia cari-cari di komputernya nama obat batuk yg dia maksud)
Obat Flu Tidak menyebabkan kantuk |
Lalu saya memperlihatkan foto komposisi obat Sanaflu/Decolgen, seperti rencana saya kemaren, saya ingin dibuatkan resep obat flu-nya seperti komposisi obat flu yang suka saya dibeli di Indonesia karena di Indonesia obat ini mudah didapat. Saya lihat dokter itu membaca foto yang saya tunjukkan lewat smartphone saya, lalu tersenyum, dan menjelaskan :
Dokter : "Di Eropa sudah dilarang obat mix kayak gitu. Memang obat ini bagus, selain untuk demam, kalau hidung kita tersumbat, lendirnya tidak masuk ke saluran pernafasan dan pasien nyaman, cepat sembuh, tapi efeknya di masa depan ada saja, rapuh tulang, kebutaan dll.. Kita kan di Eropa, orang-orang hidup kadang sampai lebih dari 90 tahun jadi jangan sampai umur 50 tahun sudah sakit macam-macam karena efek obat mix kayak gini..." (dan seterusnya panjang lebar berdiskusi)
Saya : "Oo ok dokter, terimakasih untuk penjelasannya... Saya senang banget bisa diskusi kayak gini..."
Dokter : "Sama-sama, kamu bisa dateng kapan saja, tiap hari di sini, setiap sore jam 5-7 sore pasien bebas datang tanpa harus buat janji."
Saya : "Wah asik dokter, karena siapa sih yang merencanakan untuk sakit?"
Dokter : "Ya benar, makanya sangat penting pelayanan seperti itu. Kalo mau pagi-pagi baru bisa buat janji. Tapi kalo tidak sempat bisa datang sore ke sini...
Dan akhirnya saya pamit pulang dengan harapan bisa cepat sembuh flu berat yang sudah lebih dari dua minggu ini, dan yang penting infeksi sekitar paru-paru karena batuk berat bisa cepat pulih...
Thank you God, ketemu dokter yang cocok, bisa diskusi soal kesehatan.... Maklum semua di rumah pada sakit... ❤💙
No comments:
Post a Comment